Hymenoptera: Formicidae

Liburan kali ini sangat kunikmati. Biss tidur sebebasnya, tanpa harus memiliki pikiran untuk melaksanakan tugas. Bangun dengan senang, senyum, semangat. Seperti siang ini, aku terbangun karena ingin berurusan ke toilet. Lalu kembali ke istanaku, bercumbu dengan guling.

Saat mataku melirik ke lantai, aku melihat satu koloni semut sedang bekerja sama memindahkan makanan manis sisa semalam. Ah sial, semalam aku ketiduran karena kenyang makan martabak manis yang masih tersisa dua potong. Baiklah semut, aku khilaf. Ambil semuanya, bagikan kepada rakyatmu.

Teringat tentang seseorang yang bisa berbicara kepada hewan, aku mendadak menjadi profesional yang seakan telah lama melakukannya. Kuajak mereka bicara. “halo sahabat!”
Secara otomatis lidahku bertutur dengan bahasa semut. Mereka sejenak berhenti bekerja. Mengabaikan harta karun di depan mata mereka.

Walaupun suara mereka sulit didengar, namun pesan mereka langsung sampai dan bisa aku cerna. “ada keperluan apa kau memanggil kami, manusia?”
Aku heran hanya karena modal yakin, bisa bicara dengan hewan. Kenapa ini? Apakah karena martabak itu telah dicampuri ramuan istimewa, atau aku hanya beruntung saja terpilih menjadi penyambung lidah?

Melihat semut bekerja seperti profesional pada bidangnya. Aku baru mengetahui mereka bekerja sambil berbicara satu sama lain. Saling membantu, lalu tertawa bersama. Aku baru tahu setelah kemampuan ini melekat padaku. Mereka para semut sangat menikmati dunia mereka. Sedangkan aku seorang diri yang terkagum-kagum melihat hubungan antar mereka yang begitu rapat. Aku penasaran, apakah mereka memiliki nama? Apakah mereka berkeluarga? Kalau iya, siapa kepala keluarga? Kenapa bisa berjalan di dinding begitu mudah? Dimana anak-anak? Mengapa mereka seukuran semuanya.

Namun pertanyaan yang keluar bukanlah itu. “apa yang kalian pikirkan tentangku?”
Kali ini mereka tetap bekerja, namun salah satu diantaranya bicara padaku.
“Kami juga tinggal disini. Tentu kami tahu siapa kau. Melihat kau pada titik sedih, lalu bahagia. Kau sering bicara di depan kaca. Itu bagus untuk mengenal diri, tali tidak bagus jika sudah sampai menghina dan tidak menerima.”

Aku diperhatikan, tidak mempunyai penggemar diantara manusia. Diantara semut aku digemari. Aku tidak tahu harus menganggap ini hal yang gila atau biasa terjadi. Apakah semut di kamar Ricky juga menggemarinya? Apakah semut di kamar Nadeem terhibur karena setiap hari ia bersajak? Atau mungkin semut di kamar abay lebih terhibur oleh suara merdunya setiap hari.
“Ya, aku memang begitu, aku memasuki masa dimana aku mempertanyakan siapa aku, untuk apa aku ada?”
“Aku hanya meremehkan diri sendiri. Aku selalu menunda niat baik, pekerjaan yang bersifat produktif, malas bergerak dan lebih memilih berbaring di kasur.”

Maafkan aku semut, kalian terlihat sama. Mataku minus, aku lupa berbicara dengan semut yang mana. Tetapi intinya aku tetap bisa berkomunikasi.
“Tidak, kau tidak begitu. Kau istimewa. Kami tahu masalah yang kau hadapi tidak mudah. Tapi kau pasang badan untuk itu. Kau tangguh, kau bisa tinggal jauh dari keluarga. Sedangkan kami, kehilangan salahsatu dari kami sehari saja, kami sudah panik. Kau tidak tersesat, setiap hari kau berkembang dengan mainanmu. Tapi kau hanya kurang gairah untuk menjalankan. Istirahatlah sejenak, tapi jangan berhenti. Yakinlah sesuatu yang manis selalu memberi petunjuk. Seperti kami yang menikmati martabak ini.”

Mereka bukan penggemarku, mereka benar-benar sahabat. Tau kebiasaanku di kamar ini. Tau saran yang tepat untukku. Kata-kata yang diberikan positif. Jarang aku dapatkan. Baiklah. Kuterima semua saran.

Aku sepakat dengan diriku untuk terus menjaga hubungan dengan para semut. Mereka begitu memahami semboyan Perancis tentang persaudaraan, kesetaraan, dan kebebasan untuk menjadi hewan yang bebas. Setelah hari itu, saat menjalani masa kuliah yang ribet, saat aku lelah, kuceritakan keluh kesahku. Dan mereka selalu tahu bagaimana mendengar untuk mengerti, bukan mendengar untuk membalas, lalu menghakimi.

Published by Na Jeeb

are you the product of modern love?

Leave a comment